Jumat, 26 Juni 2009

cerpen kyu...gitu lho.....^-^

jalan raya yang panas...
beberapa penumpang sangat setia untuk menunggu sebuah bus. terlihat beberapa orang melmpiaskan kebosanannya dengan cara mereka sendiri. seperti wanita cantik ini, ia melampiaskan kebosanannya dengan membaca koran bekas yang terletak disampingnya. bus yang ditunggu-tunggupun akhirnya datang. semua penumpang telah sigap untuk memasuki bus. begitu juga dengan wanita itu. tapi sayang, penumpang telah memenuhi kursi. hanya dia yang tak mendapatkan tempat. matanya diarahkan ke segala penjuru. "kosong... tapi kok sama cowok...? batinnya, setelah menemukan kursi yang kosong. ia enggan untuk menduduki kursi itu. "tapi... aku harus duduk",fikirnya kembali.

iapun menghampiri kursi itu. laki-laki itupun menoleh pada dirinya. ia lontarkan seulas senyum penghormatan. tapi sayang... tak ada sedikitpun senyu balas darinya. sesegera wanita itupun duduk. hening... hanya suara mesin kendaraan yang terdengar. "bruk..." tiba-tiba buku laki-laki itu terjatuh. Refleks wanita itu menunduk untuk mengambil buku itu. Begitu juga dengan laki-laki itu. Hampir saja tangan mereka bertemu. Dengan sesegera mungkin wanita itu menarik tangannya. "Afwan...", ucap wanita tersebut. "Ya... ga' papa... terima kasih atas bantuanyya", ucap laki-laki itu seraya memasukkan bukunya ke dalam tas. "Kamu mau kemana? cantik-cantik kok naik bus sendirian???", tanya laki-laki itu dengan tatapan dingin lurus ke depan. Wanita itu tersentak dengan gugup ia menjawab "em... mau balik ke pondok...". "Ow... ternyata kamu mondok... mondok dimana?", masih dengan tatapan dingin. "Mondok diyayasan Darul Muttaqin" spontan laki-laki itu menoleh dengan tatapan heran. Hanya sejenak laki-laki itu kembali pada tatapan semula. "Ow... saya juga mondok di yayasan Darul Muttaqin... siapa namamu?". " Lho... anda juga mondok di sana? nama saya Aiasyah... Aisyah Salsabila... nama anda sendiri?",tanya wanita itu. "Afan", jawabnya. "ow...." keheningn kembali hadir mengisi setiap kebosanan. Beberapa kkali Aisyah menguap. Ia coba untuk menahan kantuk. tapi apalah daya, sedikit demi sedikit matanya mulai terpejam. Lama ia tertidur. "mba'... udah mau nyampek" suara Afan mengejutkannya hinga ia terbangun. Aisyah sangat terkejut ketika ia menemukan kepalanya telah berrsandar pada bahu Afan. Dengan segera ia menarik kepalanya. wajah putihnya seketika berubah menjadi merah merona. Aisyah gugup, jantungnya berdetak lebih cepat. Perutnya terasa nyeri. "Maafkan saya", ucapnya dengan lirih. Afan hanya menganggukkan kepala dengan raut muka dingin. Buspun berhenti di depan gapura bertuliskan "YAYASAN DARUL MUTTAQIN". Beberapa penumpang turun dari bus yang mengantarkannya, termasuk Aisyah dan Afan. Belokan memaksa Aisyah untuk menggati langkahnya ke kiri. Afan tetap pada jalannya. Aisyah menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke belakang. Ia terkejut ketika ia mengetahui Afan masih memperhatikannya. Beberapa tanda tanya terpampang di otak Aisyah. "Apa arti semua itu?", batinnya.
Menjadi salah stu panitia muwaddaah, memaks Aisyah untuk sering ke luar pondok dan memaksanya untuk selalu bertemu dengan Afan, karena dia adalah salah satu pengurus yayasan. Aisyah harus selalu melewati yayasan jika menuju sekolah. Tak hanya sekali ia merasakan degup jantung yang bergerk lebih cepat saat bertemu Afan. Darahnya terasa berjalan lebih derah. Ia sendiri tak mampu menafsirkan semua yang dirasakan. "saya dapat surat..." Ratih, sahabatdekat Aisyah menghmpirinya. "surat? dari siapa..?, tanya Aisyah dengan heraqn. Aisyah hanya mengangkat pundaknya. Aisyahpun merebut kertas d tangan Ratih. Ia membuka surat itu.
"Syah... datang ke taman belakang sekolhmu besok, jam 08.00. Ada yang mau kubicarakan".
Ratih dengan segera mengambil kertas yang dipegang Aisyah. "Dtanglah Aisyah..." Aisyah benar-benar tak tau apa yang harus dia lakukan. Iapun memutuskan untuk datang.
Mentari menyambut dengan renyah. Burung seakan tersenyum dengan alam, karena hari ini hari libur. Semua itu tak merubah suasana hati Aisyah. Kalut... resah... bimbang... Iapun pergi ke sekolah dengan alasan organisasi. sesampainya di sekolah, ia telah menemukan kak Afan telah duduk. Aisyah dengan ragu melangkahkan kaki menghampirinya. "ada apa kak...?" suara Aisyah mengejutkan Afan. "Duduklah". Aisyahpun duduk di sebelahnya dengan jarak berjauhan. Lama suasana hening. Afan dingin tak bergeming. Suasana itu membuat Aisyah bingung tak mengerti. "Syah... aku ingin menyempurnakan agamku dengan menikahimu...". Deg... Aisyah sangat terkejut, spontan ia menolrh ke arah Afan. Dadanya kembali sesak. "Gimana...?", tanya Afan. Aisyah bingung, ia tak dapat berkata. Ia terpaku dalam kebimbangan. Afan menoleh ke arah Aisyah. "Gimana jawabannya...? Aisyahpun menoleh. Dengan ragu ia menganggukkan kepala. Pandangan Afan kembali ke dfepan. "Ku akan melamarmu setelah kamu selesai ujian". "kakak serius... mau menikahi Aisyah?", tanya Aisyah. "aku telah mantap untuk menikahimu... Pulanglah, aku tak ingi kau terhukum gara-gara aku". Aisyah menganggukkan kepala dan bernjak dari tempat duduknya. Ia langkahkan kakinya dengan berta. Ia sempatkan untuk menoleh ke belakang dan melanjutkan jalannya.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. semua ujian telah terlewati. Pengumuman kelulusan telah diterima. "Lulus..." satu kata membuat Aisyah benar-benar bahagia. Kebahagiaan itu ia bagi dengan keluarganya. "Dhek... mba' lulus..." sutra Aisyah begitu sumringah. "Alhamdulillah..." suara Anti, adhek Aisyah dari pesawat telepon penuh rsa syukur. "Mba'... kapan pulang? sekarang ibu lagi sakit...". "sakit apa..??", Aisyah sangat terkejut. "Asma ibu kambuh...perut ibu tersa nyeri... mba' pulang ya...". "Ga' bisa dhe'... mba' ga' bisa pulang...". "Bukankah ujiannya sudah berakhir, ibu sakit mba'... ibu pengen ketemu ama mba'... kenapa sih mba' jadi keras kepala begini?", sura Anti mengeras, amarahnya mulai memuncak. "Aku tau... tapi aku benar-benar ga' bisa pulang...". "Nduk..." suarapun berubah menjadi suara wanita tua renta disertai batuk. "Maafkan Aisyah bu... Aisyah ga' bisa pulang...". "Ya udah kalau nmemang kamu ga' bisa pulang... maafkan semua kesalahan ibu... mungkin saat kamu pulang, kamu ga' bisa ketemu ibu...". "Ibu...! Ibu kok kayak gitu sich... Ibu ga' boleh ngomong seperti itu". "Ibu sayang kamu nduk...". "Aisyah juga bu...". teleponpun terputus. Ia kembali dengan langkah gobtai. "Syah... dapet sesuatu dari abang...", ucap Ratih ketika Aisyah telah kembali ke kamar. "Abang...?", tanya Aisyah heran. "Kak Afan!". Wajah lems Aisyah berubah menjadi sumringah. Ratih terdiam. "Ih...mana?", desak Aisyah. Ratihpun membuka almarinya dan mengambil sesuatu dari dalamnya. "Maafkan aku Syah...", Ratih menyodorkan kepada Aisyah. "Blar..." petir sera menyambar tubuh Aisyah. "Plek..." surat undangan pernikahan Afan & Sofia terjatuh seraya tubuh Aisyah terbanting ke lantai. Tangisnya membuncah dan tak henti-henti. Hingga malampun tiba. "Tih... aku besok mau pulang...". "iya syah, semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari kak Afan". keesokan harinya dia pulang, sepanjang perjalanan ia hanya meratapi nasibnya. sesampainya di depan rumah... "kenapa banyak orang menangis..?". Aisyah mencari adheknya dan bertanya tentang keberadan ibunya. "ibu... ibu... jenazahnya telah dimakamkan" suara Anti parau. "bruk..." tubuh Aisyah ambruk. Lama ia memejamkan diri. Ia sangat menyesal dan memutuskan untuk meneruskan mondoknya di pondok Huffadz setelah kejadian itu.

0 komentar:

Posting Komentar